Wednesday, October 10, 2007

Menangislah Untuk Ramadhan Yang Kan Hilang

Nak, menangislah,

Jika itu bisa melapangkan gundah yang mengganjal sanubarimu. Bahwa
Ramadhan sudah bergegas di akhir hitungan. Dan tadarus quranmu tak juga
beranjak pada juz empat.jika itu adalah ungkapan penyesalanmu. jika itu
merupakan awal tekadmu untuk menyempurnakan tarawih dan qiyamul lailmu
yang centang perenang (ah, pasti kamu masih ingat obrolan tadi siang
ketika dengan senyum manisnya teman ruanganmu berucap, “alhamdulillah
tarawihku belum bolong. ” dan kamu merasa ada malaikat yang menjauh
darimu dan pindah padanya. Kamu merasa sendiri, terasing.)

Menangislah,

Biar butir bening itu jadi saksi di yaumil akhir. Bahwa ada satu hamba
Allah yang bodoh, lalai, sombong lagi terlena. Yang katanya berdoa sejak
dua bulan sebelum ramadhan, yang katanya berlatih puasa semenjak rajab,
yang katanya rajin mengikuti taklim tarhib ramadhan, tapi…, tapi
sampai puasa hari ke tiga belas masih juga menggunjingkan kekhilafan
teman ruanganmu, masih juga tak bisa menahan ucapan dari kesia-siaan,
tak juga menambah ibadah sunnah… Bahkan hampir terlewat menunaikan
yang wajib.

Menangislah, lebih keras…

Allah tak menjanjikan apa-apa untuk Ramadhan tahun depan, apakah kamu
masih disertakan, sedangkan Ramadhan sekarang cuma tersisa beberapa
belas. Tak ada yang dapat menjamin usiamu sampai untuk Ramadhan besok,
sedang Ramadhan ini tersia-siakan. Menangislah untuk Ramadhan yang kan
hilang, bersama nostalgia yang terus tumbuh bersama usiamu. Setengah
sadar menatap hidangan saat sahur, kolak-es buah yang tersaji saat
berbuka, menyusuri gang sempit saat tadarus keliling, petasan dan
kembang api yang disulut usai subuh. Ramadhan yang selalu membuka
ingatan masa kecilmu dan terus terulang mengisi tahun-tahun kedewasaan.. .

Menangislah,

Untuk dosa-dosa yang belum juga diampuni, tapi kamu masih juga menambahi
dengan dosa baru. Berapa kali kamu sholat taubat, tetapi tak lama
kemudian ada saja kelalaian yang kamu buat? Kamu bilang tak sengaja?
Tapi mengapa berulang dan tak juga kamu mengambil pelajaran? Syarat
taubatan nasuha adalah bertekad tidak mengulanginya lagi dan bukannya
bertobat sambil berucap ‘kalau kejadian lagi, yaa taubat lagi’…

Menangislah.

Dan tuntaskan semuanya di sini, malam ini. Karena besok waktu akan
bergerak makin cepat, Ramadhan semakin berlari. Tahu-tahu sudah sepuluh
hari terakhir dan kamu belum bersiap untuk itikaf. Dan lembar-lembar
quran menunggu untuk dikhatamkan. Dan keping-lembar mata uang menunggu
disalurkan. Dan malam menunggu dihiasi sholat tambahan.

Sekarang, atau (mungkin) tidak (ada lagi) sama sekali…

salam i’tikaf..

*rediyans

i’tikaf adalah percepatan amal…
bagaimana bisa masuk akal tentang ibadah 10jam bagai ibadah lebih dari
720.000 jam (1000 bulan)?*

oleh Agus Wahyudi • pada Oktober 4th, 2007 •